Kamis, 09 Mei 2013

makalah ipa




A.    Pengenalan Tsunami


Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya.
Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.(wikipedia)
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada  kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman 7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak lebih dari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami.
Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut  lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.


Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai “gelombang laut seismik”. Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
 
B.    Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami terutama disebabkan oleh gempa bumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat tanah longsor di dasar laut, letusan gunung api dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor jarang terjadi. Namun hampir 90% tsumani diakibatkan oleh gampa bumi di dasar laut.
a. Tsunami Akibat Gempabumi
Tidak semua gempabumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya tsunami akibat gempabumi adalah:
  1. Pusat gempa terjadi di dasar laut
  2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km
Secara umum gempabumi yang bisa menimbulkan tsunami adalah gempabumi tektonik  yang terjadi di laut dan mempunayai karakteristik sebagai berikut :
1 Sumber gempabumi berada di laut
2 Kedalaman gempabumi dangkal, yakni kurang dari 60 km
3 Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR
4 Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault)

Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup  besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu  massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu  bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum  terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja  menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera  yang mampu untuk membangkitkan tsunami

Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan  memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari  kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi.  Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang  tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga  dengan subduksi.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kese-imbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua. 
Gempa yang menyebabkan tsunami:
  • Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km).
  • Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter.
  • Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun.


Pada tanggal 26 Desember 2004, Tsunami yang diakibatkan oleh adanya gempa bumi dengan kekuatan 9 Skala Richter di kedalaman 30 km dasar laut sebelah barat daya Aceh dan kecepatan awal sekitar 700 km/jam. Gelombang yang diakibatkan menjalar ke segala  arah dari pusat tsunami dan menyapu wilayah Aceh dan Sumatera Utara dengan kecepatan antara 15 – 40 km per jam dan tinggi gelombang 2 hingga 48 meter. Korban jiwa mencapai 250.000 orang lebih. Dalam 3 jam setelah gempabumi, negara-negara di kawasan Samudera Hindia juga terkena tsunami.


b. Tsunami Akibat Letusan Gunungapi

Tsunami yang terjadi bisa kecil, bisa juga sangat besar, tergantung dari besar  kecilnya letusan gunung api tersebut. Ada banyak gunung api yang berada ditengah laut di  seluruh dunia. Untuk di Indonesia , yang paling terkenal adalah letusan gunung Krakatau  yang terletak di tengah laut sekitar Selat Sunda, yang terjadi pada tahun 1883. Letusannya  sangat dashyat, sehingga menimbulkna tsunami yang sangat besar dan korban yang  banyak, baik jiwa maupun harta benda. (http://um.co.id) Dampak dari bencana ini juga dirasakan  kedashyatannya di negara lain.
Tanah longsor di dalam laut dalam , kadang-kadang dicetuskan oleh gempabumi yang  besar; seperti halnya bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat  mengganggu kolom air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudera.  Jika terjadi letusan gunungapi dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena  kolom air akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu  tsunami. Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau.
Tahun 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan Tsunami yang dahsyat. Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira 5000 kapal hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12 lantai gedung ini, kira-kira 40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36000 orang.
Gelombang terbentuk akibat  perpindahan massa air yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi untuk mencapai  keseimbangan dan bergerak di lautan, seperti jika kita menjatuhkan batu di tengah kolam  akan terbentuk gelombang melingkar.
Sekitar era tahun 1950 an ditemukan tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya  percaya atau tidak mungkin ini disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas  vulkanik dan peristiwa lainnya. (http://ksupointer.com) Gejala ini dengan cepat memindahkan volume air yang  besar, sebagai energi dari material yang terbawa atau melakukan ekspansi energi yang  ditransfer ke air sehingga terjadi gerakan tanah. Tsunami disebabkan oleh mekanisme ini,  tidak sama dengan tsunami di lautan lepas yang disebabkan oleh beberapa gempabumi,  biasanya menghilang dengan cepat dan jarang sekali berpengaruh sampai ke pantai karena  area yang terpengaruh sangat kecil.Peristiwa ini dapat memberi kenaikan pada gelombang  kejut lokal yang bergerak cepat dan lebih besar (solitons), Seperti gerakan tanah yang  terjadi di Teluk Lituya memproduksi suatu gelombang dengan tinggi 50- 150 m dan  mencapai area pegunungan yang jaraknya 524 m.  (http://yan.komputasi.web.id)Bagaimanapun juga , suatu tanah  longsor yang besar dapat menghasilkan megatsunami yang mungkin berdampak pada  samudera.
c. Tsunami Akibat Tanah Longsor
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/turun cukup besar dan terjadi di  dasar Samudera, dapat mengakibatkan timbulnya Tsunami. Biasanya tsunami yang terjadi  tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akaibat gempabumi.
Sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke Teluk Lituya di Alaska tahun 1958. Longsoran ini terjadi karena guncangan gempabumi sebelumnya. Gelombang tsunami yang terbentuk akibat longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi gelombangnya mencapai 350-500 m saat melanda lereng-lereng gunung dan menyapu pepohonan dan semak belukar. Ajaibnya, hanya dua orang pemancing ikan yang tewas.
Kejadian tsunami yang signifikan di indonesia:
C.    Penyelamatan Diri Saat Terjadi Tsunami
Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini  tidak datang setiap saat. Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.
  • Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
  • Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
  • Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
  • Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
D.     Upaya Mitigasi Gempabumi
  • Membangun bangunan vital/strategis  atau bangunan lainnya yang mengundangkonsentrasi banyak manusia di wilayah  rawan gempabumi menggunakan konstruksi yang tahan terhadap gempa.
  • Tidak membangun permukiman dan aktifitas penduduk diatas, pada atau dibawah tebing
  • Tidak mendirikan bangunan diatas tanah timbunan yang tidak memenuhi tingkatkepadatan yang sesuai dengan daya  dukung tanah terhadap konstruksi bangunan diatasnya
  • Pemetaan mikrozonasi di wilayah rawan gempa bumi
  • Perlu adanya RUTR dan RTRW yang dituangkan dalam peraturan daerah yangberwawasan dan mempertimbangkan aspek  kebencanaan sehingga prinsip bangunanberkelanjutan dapat tercapai
  • Membangun kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui pelatihanantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi.
  • Menyiapkan alur dan tempat evakuasi bencana
  • Menyelenggarakan pendidikan dini melalui jalur pendidikan formal dan non-formal tentang gempa bumi dan bahayanya di wilayah rawan gempa bumi
  • Membangun alur dan tempat pengungsian serta bukit-bukit untuk menghindar dari gelombang tsunami
E.    Wilayah Rawan Tsunami Di Indonesia
Di Indonesia wilayah rawan bencana tsunami meliputi 21 wilayah, yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera  Barat, Bengkulu, Lampung-Banten, Jawa Tengah Bagian Selatan, Jawa Timur Bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara,  Maluku Selatan, Biak-Yapen, Balikpapan, sekurau, Palu, Talaud, Kendari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar