A. Pengenalan
Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya.
Di laut dalam, gelombang tsunami
dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun
hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga
mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan
kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena
Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh
aliran gelombang tsunami.
Dampak
negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.(wikipedia)
Kecepatan gelombang tsunami
bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman 7000 m misalnya,
kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan
kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak
lebih dari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang
merasakan adanya tsunami.
Berbeda dengan gelombang laut biasa,
tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di
laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar
antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau
muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya
meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
Teks-teks geologi, geografi, dan
oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai “gelombang laut seismik”. Beberapa
kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai
yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter diatas
gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa
menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa
menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar)
pada Mei 2008.
B. Penyebab
Terjadinya Tsunami
Tsunami terutama disebabkan oleh
gempa bumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat tanah longsor di dasar
laut, letusan gunung api dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor jarang
terjadi. Namun hampir 90% tsumani diakibatkan oleh gampa bumi di dasar laut.
a. Tsunami Akibat Gempabumi
Tidak semua gempabumi mengakibatkan
terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya tsunami akibat gempabumi adalah:
- Pusat gempa terjadi di dasar laut
- Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km
Secara umum
gempabumi yang bisa menimbulkan tsunami adalah gempabumi tektonik yang
terjadi di laut dan mempunayai karakteristik sebagai berikut :
1 Sumber gempabumi berada di laut
2 Kedalaman gempabumi dangkal, yakni kurang dari 60 km
3 Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR
4 Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault)
3 Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR
4 Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault)
Tsunami yang
ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup
besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang
terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.
Gerakan vertikal pada kerak bumi,
dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang
mengakibatkan gangguan kese-imbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai
menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami
tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya
bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai,
kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut
tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun
saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk
daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter
bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan
bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana
lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Gempa yang menyebabkan tsunami:
- Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km).
- Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter.
- Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun.
Pada tanggal 26 Desember 2004, Tsunami yang diakibatkan oleh adanya gempa bumi dengan kekuatan 9 Skala Richter di kedalaman 30 km dasar laut sebelah barat daya Aceh dan kecepatan awal sekitar 700 km/jam. Gelombang yang diakibatkan menjalar ke segala arah dari pusat tsunami dan menyapu wilayah Aceh dan Sumatera Utara dengan kecepatan antara 15 – 40 km per jam dan tinggi gelombang 2 hingga 48 meter. Korban jiwa mencapai 250.000 orang lebih. Dalam 3 jam setelah gempabumi, negara-negara di kawasan Samudera Hindia juga terkena tsunami.
b. Tsunami Akibat Letusan
Gunungapi
Tsunami yang
terjadi bisa kecil, bisa juga sangat besar, tergantung dari besar
kecilnya letusan gunung api tersebut. Ada banyak gunung api yang berada
ditengah laut di seluruh dunia. Untuk di Indonesia , yang paling terkenal
adalah letusan gunung Krakatau yang terletak di tengah laut sekitar Selat
Sunda, yang terjadi pada tahun 1883. Letusannya sangat dashyat, sehingga
menimbulkna tsunami yang sangat besar dan korban yang banyak, baik jiwa
maupun harta benda. (http://um.co.id) Dampak dari bencana ini juga
dirasakan kedashyatannya di negara lain.
Tanah longsor di dalam laut dalam , kadang-kadang dicetuskan oleh gempabumi yang besar; seperti halnya bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat mengganggu kolom air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudera. Jika terjadi letusan gunungapi dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu tsunami. Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau. Tahun 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan Tsunami yang dahsyat. Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira 5000 kapal hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12 lantai gedung ini, kira-kira 40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36000 orang.
Tanah longsor di dalam laut dalam , kadang-kadang dicetuskan oleh gempabumi yang besar; seperti halnya bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat mengganggu kolom air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudera. Jika terjadi letusan gunungapi dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu tsunami. Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau. Tahun 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan Tsunami yang dahsyat. Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira 5000 kapal hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12 lantai gedung ini, kira-kira 40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36000 orang.
Gelombang
terbentuk akibat perpindahan massa air yang bergerak di bawah pengaruh
gravitasi untuk mencapai keseimbangan dan bergerak di lautan, seperti
jika kita menjatuhkan batu di tengah kolam akan terbentuk gelombang
melingkar.
Sekitar era tahun 1950 an ditemukan tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya percaya atau tidak mungkin ini disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas vulkanik dan peristiwa lainnya. (http://ksupointer.com) Gejala ini dengan cepat memindahkan volume air yang besar, sebagai energi dari material yang terbawa atau melakukan ekspansi energi yang ditransfer ke air sehingga terjadi gerakan tanah. Tsunami disebabkan oleh mekanisme ini, tidak sama dengan tsunami di lautan lepas yang disebabkan oleh beberapa gempabumi, biasanya menghilang dengan cepat dan jarang sekali berpengaruh sampai ke pantai karena area yang terpengaruh sangat kecil.Peristiwa ini dapat memberi kenaikan pada gelombang kejut lokal yang bergerak cepat dan lebih besar (solitons), Seperti gerakan tanah yang terjadi di Teluk Lituya memproduksi suatu gelombang dengan tinggi 50- 150 m dan mencapai area pegunungan yang jaraknya 524 m. (http://yan.komputasi.web.id)Bagaimanapun juga , suatu tanah longsor yang besar dapat menghasilkan megatsunami yang mungkin berdampak pada samudera.
Sekitar era tahun 1950 an ditemukan tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya percaya atau tidak mungkin ini disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas vulkanik dan peristiwa lainnya. (http://ksupointer.com) Gejala ini dengan cepat memindahkan volume air yang besar, sebagai energi dari material yang terbawa atau melakukan ekspansi energi yang ditransfer ke air sehingga terjadi gerakan tanah. Tsunami disebabkan oleh mekanisme ini, tidak sama dengan tsunami di lautan lepas yang disebabkan oleh beberapa gempabumi, biasanya menghilang dengan cepat dan jarang sekali berpengaruh sampai ke pantai karena area yang terpengaruh sangat kecil.Peristiwa ini dapat memberi kenaikan pada gelombang kejut lokal yang bergerak cepat dan lebih besar (solitons), Seperti gerakan tanah yang terjadi di Teluk Lituya memproduksi suatu gelombang dengan tinggi 50- 150 m dan mencapai area pegunungan yang jaraknya 524 m. (http://yan.komputasi.web.id)Bagaimanapun juga , suatu tanah longsor yang besar dapat menghasilkan megatsunami yang mungkin berdampak pada samudera.
c. Tsunami Akibat Tanah Longsor
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang
jatuh/turun cukup besar dan terjadi di dasar Samudera, dapat
mengakibatkan timbulnya Tsunami. Biasanya tsunami yang terjadi tidak
terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akaibat gempabumi.
Sekitar 81 juta ton es dan batuan
jatuh ke Teluk Lituya di Alaska tahun 1958. Longsoran ini terjadi karena
guncangan gempabumi sebelumnya. Gelombang tsunami yang terbentuk akibat
longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi gelombangnya mencapai
350-500 m saat melanda lereng-lereng gunung dan menyapu pepohonan dan semak
belukar. Ajaibnya, hanya dua orang pemancing ikan yang tewas.
Kejadian tsunami yang signifikan di
indonesia:
C. Penyelamatan
Diri Saat Terjadi Tsunami
Sebesar apapun bahaya tsunami,
gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah ancaman bencana alam
ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.
- Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
- Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
- Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
- Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
D. Upaya
Mitigasi Gempabumi
- Membangun bangunan vital/strategis atau bangunan lainnya yang mengundangkonsentrasi banyak manusia di wilayah rawan gempabumi menggunakan konstruksi yang tahan terhadap gempa.
- Tidak membangun permukiman dan aktifitas penduduk diatas, pada atau dibawah tebing
- Tidak mendirikan bangunan diatas tanah timbunan yang tidak memenuhi tingkatkepadatan yang sesuai dengan daya dukung tanah terhadap konstruksi bangunan diatasnya
- Pemetaan mikrozonasi di wilayah rawan gempa bumi
- Perlu adanya RUTR dan RTRW yang dituangkan dalam peraturan daerah yangberwawasan dan mempertimbangkan aspek kebencanaan sehingga prinsip bangunanberkelanjutan dapat tercapai
- Membangun kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui pelatihanantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi.
- Menyiapkan alur dan tempat evakuasi bencana
- Menyelenggarakan pendidikan dini melalui jalur pendidikan formal dan non-formal tentang gempa bumi dan bahayanya di wilayah rawan gempa bumi
- Membangun alur dan tempat pengungsian serta bukit-bukit untuk menghindar dari gelombang tsunami
E. Wilayah Rawan
Tsunami Di Indonesia
Di Indonesia wilayah rawan bencana
tsunami meliputi 21 wilayah, yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung-Banten, Jawa Tengah Bagian Selatan, Jawa
Timur Bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan,
Biak-Yapen, Balikpapan, sekurau, Palu, Talaud, Kendari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar